Sagata Fams
Sebelas IPA Tiga SMANSATA 2010-2011 + Dua Belas IPA Tiga SMANSATA 2011-2012 = Sagata ŦαмιLγ

Kamis, 27 Oktober 2011

Tulalit

“Tulalit”
Oleh: Muthmainnah

TuLaLit


Angin bertiup kencang, dedaunan nan rimbun bergoyang-goyang seakan melambai pada malam yang akan menghilang. Namun awan hitam mengambil alih kerajaan langit, pertanda akan hujan lebat. Aku masih terbaring dengan lelap di atas tempat tidurku. Mataku rasanya masih ingin terkatup. Wajar saja, semalam aku belajar mati-matian untuk menghadapi tes masuk SMA, tepatnya SMA Negeri 1 Tarakan.


Tok..tok…tok….
Seorang anak kecil dengan piyama kuning dan rambut acak-acakannya masuk ke kamarku.


“Kak…kak…kak Syifa bangun! Udah setengah enam nih…
shalat dulu dong!” perintah Shanaz padaku sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.
“Aduh…masih ngantuk nih. Udah-udah pergi sana!” jawabku malas.
“Ayo dong kak, bangun….banguuuuuuun!” teriak Shanaz.
“Iih…iya-iya kakak bangun…Puas?”
“Puas dong kak, sudah gede masa mesti dibangunin terus. Sama adeknya lagi!” ejek Shanaz.
“Uhh kamu ini? Sana…sana…, kamu keluar dulu gih!” jawabku marah.


Berbagai sikat gigi dari merek Oral-B sampai Formula ada di kamar mandi. Kaca dengan bingkai pink terlihat imut di sana. Setelah menyikat gigi, segera ku ambil air wudhu. Seperti biasa, shalat subuh ku jalankan dengan khusuk. Suara jangkrik mengiringi shalatku. Kantuk kembali menyerang, segera ku lepas mukena. Aku kembali berguling-guling di kasur kesayanganku sambil mendekap erat guling Winnie de pooh. Beberapa saat kemudian mimpi-mimpi mulai menghinggapi tidurku. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 06.45.


“Syifa bangun!!! Gadis kok suka tidur pagi……sudah jam berapa ini??? Syifa ayo bangun! ucap mama sambil mengguncang-guncang tubuhku.
“Oaaaaaaah,… masih ngantuk Ma!” sahutku sambil menguap.
“Semalam kamu ngapain aja? Apa nggak telat ke sekolahnya? Katanya ada tes!”
“Oh iya,…Aduh bisa telat nih!”


Bergegas aku mandi dan sesaat kemudian telah berpakaian rapi. Tak lupa ku masukkan semua perlengkapan yang akan ku bawa ke dalam ransel hitamku. Sesudah itu aku segera berpamitan pada mama. Beliau mengajakku sarapan, tapi aku lebih memilih meneguk satu gelas jus apel dan bergegas pergi.



Ku cium punggung tangan dan kening mama setelah memakai sepatu. Mama juga mengingatkan aku untuk mengecek uang cerpenku dibank.


“Syifa sudah ada uang saku belum?”
“Sudah dong Ma!”
“Ya sudah, hati-hati ya!”
Sambil menunggu angkot di pinggir jalan, aku memeriksa tasku. Dan…dan…dan…buku tabunganku hilang. Gawat!!!
“Perasaan tadi ada kok? Aduh dimana yah?” gumamku panik.


Terpaksa aku berjalan kembali ke rumah. Kalau bukunya sih nggak apa, bisa dicari nanti. Masalahnya uang sakunya ku selipkan di dalam buku tabungan.

Sesampaiku dirumah mama heran.


“Syifa kok balik lagi??”, tanya mama.
“Emmm,..anu,..anu,...”
“Anu…anu…anu…apa?”
“Itu,…emm buku tabungan syifa nggak tahu dimana ma.”
“Ya ampun syifa…syifa…kamu kok teledor banget sih jadi orang!” ujar mama geram


Sambil mendengar petuah mama, aku mengaduk-aduk isi laci meja belajar, lemari buku-buku koleksiku, sampai lemari pakaian yang ada dikamarku. Tapi hasilnya nihil! Entah ada dimana buku itu. Mama yang sebenarnya kesal padaku, sebab ini bukan pertama kalinya aku menghilangkan barang-barang penting dirumah ini, ikut mencari buku itu. Dan lagi-lagi belum ada kejelasan dimana buku itu.


“Ma, bukunya belum ada!”
“Ya sudah,.sebaiknya kamu segera ke sekolah. Cepat sana, nanti tesnya keburu dimulai.”
“Iya ma,…syifa pergi dulu ya!
Aku memakai sepatu hitamku dan beranjak pergi. Tiba-tiba aku teringat sesuatu
“O, iya ma. Berhubung buku tabungan syifa hilang,..maka uang saku syifa juga hilang..hehehe” ucap Syifa sambil tersenyum malu.
“Kok bisa?”
“tadi syifa selipin di buku itu ma!”
“Ya ampuuuuun…Syifa..Syifa…tunggu sebentar mama ambil dulu!


SMA Negeri 1 Tarakan telah dipenuhi calon siswa baru. Ada yang sibuk mencari ruangan, ada yang membaca buku di koridor, ada pula yang asyik berbincang-bincang. Syifa terlihat sangat kelelahan. Setelah berlari-lari kecil atau tepatnya berjalan cepat, ia sibuk mencari ruangannya.
TENG…TENG..TENG…


“Alhamdulillah udah slese tesnya!”ujar Syifa
“Iya…maem yok!” ajak Gea teman baik Syifa.
“Aduh gak bisa, aku mesti buru-buru pulang. Buku tabunganku hilang Ya’(panggilan akrab untuk Gea)”
“Ya Ampun KOK bisa?
“Nggak usah ditanya lagi kali??”
“Iya..iya…sahabat ku yang satu ini kan emang tulalit!”
“Huhh..dasar!!! Aku duluan ya!”
“Yo,..ati-ati mbak yu!”


Sesampai ku di rumah, aku langsung mengurung diri di kamar. Setelah mengganti pakaian sekolah, aku membongkar seluruh isi kamar. Sekarang kamarku kayak kandang sapi yang gak diurus selama seminggu. Kebayang nggak? Tak terasa waktu menunjukkan pukul dua siang. Karena kelelahan aku pun tertidur.



“Emmm…ckckckck……Kak Syifa…Kak Syifa…! Pagi molor,…siang molor juga! Malah kamar kayak gini lagi. Ujung-ujung yang rapikan aku pula. Tapi…..malas ah. Mending facebook-an. Biarin aja nti kak Syifa yang beresin ndiri. Wong dia yang hambur!” keluh Shanaz yang baru saja pulang sekolah.



Aku paling tidak bisa tenang kalau ada masalah. Salah satunya ya seperti sekarang ini. Mungkin bagi sebagian orang hilangnya buku tabungan adalah hal biasa, tapi bagiku itu masalah besar. Karena sifat ku memang panikan, sekarang kondisiku semakin tidak jelas. Rambut acak-acakan,..kamar berantakan,… dan sekarang uring-uringan. Sebentar ketawa….beberapa saat kemudian menangis. Percis orang gila.



Karena kasihan akhirnya adik-adikku ikut membantu mencari buku tabungan itu. Awalnya Shanaz, Syamil, dan Safira terlihat sangat tidak bersemangat, tapi setelah mengumumkan sayembara, bahwa kalau diantara mereka ada yang berhasil menemukan buku itu akan ku belikan apapun yang mereka minta. Akhirnya mereka mulai mencari dengan antusias. Sementara aku, karena sudah putus asa, hanya tinggal berguling-guling tidak jelas dilantai kamarku.


“Aduh kak… ditaruh dimana sih tadi?” keluh Syamil.
“Kalo kakak tahu pasti udah dapat dari tadi.” jawabku.
“Hissss!” desah Safira.
“Nah,……aku dapat..aku dapat!” ucap Shanaz kegirangan.



Aku tersenyum mendengar ucapan Shanaz, sebaliknya Syamil dan Safira kecewa karena bukan mereka yang berhasil menemukan. Bagi mereka peluang mendapatkan hadiah dariku pupus sudah.



“ Ya ampun Na, dapat dimana?” tanyaku heran.
“Di tas pink mu lah!” jawabnya cuek
“Oh..iya.” jawabku sambil menepuk jidat. “ Tadi sebelum pergi ke SMASA aku kan ngerapiin alat-alat ujian trus ku simpan di tas pink. Habis tuh aku mandi. Ehhh…waktu udah mo pergi, ternyata papan ujianku belum masuk ke tas, tapi karena nggak muat semua barang ku pindahkan ke tas hitam. Karena buru-buru, aku lupa buku tabunganku kusimpan di kantong kecil dalam tas pink itu. HAHAHA.”
“Tulalit..Tulalit…!”kata Shanaz sambil mendecakkan lidah.
“Terima Kasih ya adek-adekku sayang!” ucapku sambil tersenyum.
“Eitss..tunggu dulu. Hadiahku?” tanya Shanaz.
“Iya..iya.. kamu mau apa Na?”tanyaku.
“Emmm..es krim vienetta ya?
“Oke!"
“Kami gimana kak?”tanya Syamil.
“Mmm,..buat kalian berdua..es krim juga lah ya!”
“Horeeeee…… kak Syifa emang mantaap!”ucap Safira
“Iya..iya…sekali lagi Terima Kasih ya atas bantuannya…!


Keesokan harinya setelah Tes Seleksi SMASA yang kedua aku ke bank dan mengecek uang cerpen ku. Ternyata sudah masuk. Setelah itu aku membeli es krim Vienetta dan banyak makanan ringan. Bagiku nilai uang yang ada di buku tabungan itu dengan imbalan yang ku beri kepada adik-adikku tidaklah sebanding. Untung saja mereka mau membantuku. Sepulangku belanja, kami menikmati makanan-makanan itu. Adik-adikku terlihat sangat senang. Seakan ikut bergembira burung-burung yang ada dibelakang rumah pun ikut berkicau mengiringi gelak tawa kami.

0 komentar:

Posting Komentar